Selasa, Maret 16, 2010

Tradisi Ilmu, Kejatuhan dan kejayaan Suatu Bangsa

Tidak dapat dipungkiri bahwa kaum muslimin sangat maju karena tradisi Ilmunya, bahkan kejayaan ilmu pengetahuan dijaman kejayaan Islam telah mempengaruhi secara signifikan pertumbuhan peradaban barat. Tapi kini umat Islam terjatuh, menjadi bangsa yang tidak disegani bahkan menjadi bulan-bulanan bangsa barat, hal ini mirip dengan apa yang di isyaratkan Nabi 14 abad silam “akan datang suatu masa dimana umat islam ibarat makanan yang diperebutkan”.

Milik Islam
Tradisi ilmu dalam Islam sebenarnya telah diproklamirkan sejak ayat pertama dalam al Qur’an diturunkan. Iqro’, ‘Bacalah” telah merubah sahabat-sahabat Rasulullah dari orang–orang jahiliyyah yang suka mabuk-mabukan, berzina, dan berleha-leha menjadi pemimpin besar dunia yang sangat disegani diseluruh kawasan dunia saat itu.
Pada masa itu tradisi baca dan menulis sangat hidup. Tiap ayat yang diturunkan pada Nabi, segera diajarkan kemudian dihapalkan bahkan Nabi menunjuk Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit dan sahabat yang lain untuk menuliskan setiap ayat al-Qur’an yang turun pada beliau. Bahkan pada masa awal permulaan Islam, tradisi membaca dan menulis menjadi symbol kemuliaan. Ibnu saad mengatakan bahwa orang yang sempurna adalah orang yang dapat menulis, berenang dan melempar panah.
Hal lain yang membuktikan betapa pentingnya budaya baca tulis bagi umat islam adalah, pasca perang badar kubro dimana pada saat itu umat Islam mengalami kemenangan besar, selain harta rampasan perang umat Islam juga berhasil menawan beberapa tentara dari kaum quraisy. Satu hal yang menakjubkan terjadi pada diri Rasulullah beliau memberikan jaminan kebebasan bagi para tawanan yang dapat mengajarkan baca tulis bagi penduduk Madinah.
Semangat para sahabat Nabi dalam mencari Ilmu semakin tinggi, berkat pemahaman terhadap al-Qur’an yang dalam banyak ayat memerintahkan pada umatnya untuk senantiasa menggunakan akalnya. Juga dalam ratusan hadits Nabi berisi pujian terhadap orang-orang yang berilmu. Diantaranya sabda Rasulullah SAW: “Barang saiapa pergi mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya ke Surga”. (HR Imam Ahmad).
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa banyak sahabat yang tinggal di suffah (asrama tempat belajar) jumlah mereka mencapai 900 orang, mereka mempelajari dan metafakkuri setiap ayat yang turun juga hadits-hadits Nabi SAW. Tempat ini ibarat Universitas tempat dimana kaum muslimin menggali ilmu-ilmu keislaman.
Setelah itu, generasi berikutnya juga demikian: Abu bakar Al Anbari membaca setiap pecan sebanyak 10 ribu lembar, sehingga beliau sering sakit dan membawanya pada kematian. Ibnu Al Jauzi menulis lebih dari seribu judul buku. Imam Ahmad pernah menempuh perjalanan ribuan kilometer untuk mendapatkan satu hadits. Imam Syafi’i pernah terjaga semalaman sampai tiba waktu fajar demi mempelajari saru hadits dan satu masalah, begitu juga Al Mizzi, Ibn Katsir, Ibn al Qayyim al Jauziyyah, Ibnu Hajar, al Suyuthi dan ulama besar lainnya, menyisihkan lebih dari 15 jam per hari untuk membaca dan menulis, sehingga melahirkan karya-karya yang monumental setingkat Ensiklopedi.
Wajarlah jika islam pada saat itu menjadi peradaban maju dan kuat karena ditopang oleh manusia-manusia kuat dalam membiasakan tradisi keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
Kejatuhan dan Kejayaan
Prof. Moh Nur Wan Daud menyatakan bahwa kaejayaan atau kejatuhan suatu bangsa tergantung pada kuat atau tidaknya budaya ilmu bangsa itu. Hal ini dapat dibuktikan bahwa suatu individu atau suatu bangsa yang mempunyai kekuasaan atau kekayaan tidak bisa mempertahankan miliknya atau mengembangkannya tanpa budaya ilmu yang baik. Bahkan ia akan bergantung pada orang kepada orang atau bangsa lain yang lebih berilmu. Salah satu contohnya adalah bangsa Yunani, hasil keilmuan bangsa ini mempunyai pengaruh sangat besar terhadap Roma yang nota bene memilki tentara dan rakyat yang lebih besar. Contoh lain, kita juga bisa melihat fenomena tentang Negara-negara minyak yang kaya raya, terpaksa terpaksa bergantung hamper semua aspek penting kehidupan negaranya kepada Negara lain yang lebih maju dari segi keilmuan dan kepakaran.
Di jepang, pendidikan adalah jalan terpenting untuk mendaki tangga kesuksesan. Para remaja dan pelajaran disajikan dengan kisah-kisah keberhasilan orang-rang dari timur dan barat. Contohnya buku “Yukichi Fukuzawa”, galakkan Belajar. Dijual sebanyak 600.000 eksemplar pada tahun 1882. dalam buku itu dijelaskan bahwa; Manusia tidak dilahirkan mulia atau hina,kaya atau miskin, tetapi dilahirkan sama engan yang lain. Barang siapa yang gigih belajar dan menguasai ilmu dengan baik akan menjadi mulia dan kaya, akan tetapi mereka yang jahil akan papa dan hina.
Jadi, tidak ada kata lain bahwa kebangkitan Islam, kebangkitan Negara, masyarakat atau individu muslim mesti dimulai dengan kebangkitan budaya ilmu. Karena kepemimpinan yang benar adalah kepemimpinan berpikir, bukan kepemimpinan ekonomi militer. Peradaban dunia saat ini yang mengunggulkan kepemimpinan ekonomi atau militer, maka hasilnya kita lihat adalah peradaban yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Banayak Negara yang egois dengan nasionalismenya Negara masing-masing, sehingga rela memperdaya Negara-negara lain.
Jadi, jangan bermimpi umat Islam akan memimpin dunia, bila tradisi ilmu belum membudaya dalam masyarakat Islam sendiri

COMMENTS :

Don't Spam Here

0 komentar to “Tradisi Ilmu, Kejatuhan dan kejayaan Suatu Bangsa”

Posting Komentar

 

Copyright © 2009 Fresh Themes Gallery | NdyTeeN. All Rights Reserved. Powered by Blogger and Distributed by Blogtemplate4u .